Pisces's BLog: Insomnia Berawal dari Sepakbola

13 Maret 2010

Insomnia Berawal dari Sepakbola


Insomnia? Sepertinya sudah tidak asing lagi kan buat kalian. Nah, itulah yang aku alami menjelang tidur apalagi kalau malam hari. Mulai dari membaca, ngemil (katanya sich kalau kenyang cepat ngantuk) sampai matiin lampu kamar sudah aku coba. Tapi, apa hasilnya? Tetap aja aku harus tidur di atas jam 12. Sekarang aja aku masih bingung, sebenarnya insomnia itu suatu penyakit (ringan tentunya, hehe) atau karena kebiasaan orang tersebut. Sehingga kalau sudah terbiasa bawaanya ngga’ enak kalau tidurnya di jam-jam yang masih terlalu dini untuk tidur. Tapi aku punya alasan yang cukup logis tentang hal itu dan ini menurut ibuku sendiri. Katanya sich, karena banyak pikiran. Makanya, kalau sudah ada di tempat tidur jadikanlah otak kalian seperti gelas kosong. Jadi, tidak ada hal yang mengganggu pikiran.
Awal kisah, aku mengalami susah tidur sudah mulai waktu aku masih duduk di Sekolah Menengah Pertama. Kalau sudah begitu keadaanya, biasanya aku tidurnya minta ditemenin sama bapakku. Menginjak kelas 3 aku mulai menyukai si kulit budar (NB: Cuma jadi penonton bukan pemain). Berawal dari kebiasaanku menonton film kartun, aku jatuh hati dengan kartun yang menyuguhkan kehebatan orang-orang dalam mengulah si kulit bundar. Film kartun itu adalah Captain Tsubasa, masih ingat kan? Dari kartun kemudian kesukaanku itu merembes ke dunia sepakbola yang sebenarnya. Ricardo Izecson dos Santos Leite (panjang ya namanya?), sebut aja panggilannya Kaka, itulah pemain sepakbola yang aku suka sampai sekarang.
Dunia bola, tentu kalian sudah tau jadwal pertandinganya rata-rata di atas jam 12 malam. Aku harus berkorban menyia-nyiakan waktu tidurku hanya untuk melihat pertandingan itu. Dan kalau itu dibiarkan sampai berhari-hari, aku tak bisa memungkiri kalau daya tahan tubuhku tidak bisa mendukung kebiasaanku. Aku masih ingat waktu piala dunia 2006, waktu itu aku sudah menginjak kelas 2 SMA. Baru beberapa hari gelaran sepakbola terakbar itu dimulai, aku harus menerima kalau kondisi fisikku tidak bisa lagi aku paksa untuk melawan rasa ngantuk demi satu pertandingan. Dari kejadian itu, orang tuaku terus mengontrol waktuku untuk menonton sepakbola. Terkadang, bapakku sampai menemaniku untuk sekedar duduk memandangi orang-orang dalam layar berlari dan menggiring bola bergantian, mengumpan sana sini.
Meskipun banyak hal buruknya, tapi dari sini aku mulai belajar untuk mengambil sisi positifnya. Dengan keadaanku yang seperti itu, paling tidak aku tidak bersusah payah bergadang demi terselesainya tugas kuliah. Aku bisa betah berlama-lama di depan laptop. Sekarang aku memaknai insomnia itu adalah suatu yang membuat orang yang mengalaminya bisa menjadi lebih baik lagi. Aku bisa leluasa bermunajat, mengadu segalanya pada Sang Maha Kuasa dalam keheningan. Sungguh nikmat, dan aku bisa merasakan kedamaian. Sejuta kawan yang kita miliki untuk sekedar mendengarkan keluh kesah kita, tak sebanding dengan kenyamanan ketika kita mengadu pada Sang Maha Terpercaya.

0 komentar:

Don't click here!