Kelas 2 SMP
Masa SMP merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi remaja katanya. Ceritanya ne aku udah kelas dua SMP waktu itu, dengan teman satu sekolah dulu waktu masih sekolah dasar aku duduk di satu bangku. Namannya Qur, dan dua lagi yang duduk di belakangku Ita dan
Mendengar kata matematika sebagian besar murid akan sepakat kalau mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran yang paling tidak mengenakkan apalagi kalu gurunya killer. Kebetulan waktu kelas dua SMP guru matematika yang ngajar di kelasku sedikit menyeramkan mengingat ia adalah guru yang bertugas mengawasi kedisiplinan siswa. Pak Mul itulah panggilan untuk guru matematikaku yang punya nama lengkap Mulyadi.
Dalam proses belajar mengajar, cara penyampaian materinya cukup jelas menurutku. Sesekali ia membiasakan murid untuk melesaikan soal di depan kelas(ngerjakan di papan) dan semua murid pasti dapat giliran. Dalam hal pengerjaan tugas alias PR, aku dan teman-temanku (Qur, Ita dan Novi) akan selalu jadi tempat contekan dimana buku-buku kami akan menjadi barang yang paling di cari hehe…bukannya sombong ne tapi emang nyata. Ya meskipun kami bukan orang-orang pinter terutama pelajaran matematika tapi kami termasuk orang yang pinter cari muka pada guru matematika waktu itu,hehe.
Suatu hari, pak Mul memberikan tugas sebanyak 5 soal, dan harus dikumpulkan pada jam mata pelajaran matematika di hari berikutnya. Tiba di hari itu, bapak itu memeriksa tugasnya, ia mulai bergerilia jalan dari bangku yang satu ke bangku yang lain, dengan sesekali memberikan cubitan dilengan kanan dan kiri selain itu kadang ia mengayunkan penggaris ke telapak tangan yang seolah sudah diikhlaskan untuk dipukul. Tiba giliranku dan teman-teman seperjuangan, aku dan temanku bertiga cuma bisa berharap kalau bapak tidak akan memeriksa tugas kami berempat seperti biasa, karena pada nyatanya tugas kami sama kayak yang lainnya cuma selesai tiga soal, dan melihat teman-teman yang lain yang tugasnya jelas-jelas nyontoh punya kami, tentunya bapak itu pastinya akan memberikan hukuman pada kami. Tapi seperti biasa bapak itu tidak memeriksa tugas kami dan tentunya ada kecemburuan di hati teman-temanku yang kenyataannya ngga’ ada orang yang nyelesain semua tugas tapi kami lolos dari hukuman.
Suatu ketika pak Mul ngga’ masuk karena alasan tertentu. Ia cuma ngasih kami tugas menulis materi yang seharusnya dijelaskannya pada waktu itu. Banyak diantara kami termasuk aku dan ketiga temenku(Qur, Ita dan
Hanya karena buku catatan yang ngga’ lengkap aku, Qur, Ita dan
Kelas 2 SMA
SMA kelas dua ada juga pengalaman yang berkaitan dengan buku catatan dan guru matematika. Ehm, kali ini benar-benar menyebalkan. Sebutlah namanya pak suratman, bapak ini lebih melihat anak-anak bisa dalam pelajaran matematika dari buku catatannya yang lengkap. Tiap bapaknya ngajar harus dan wajib untuk mencatat tiap apa yang ia terangkan. Menyebalkan
Pak suratman salah satu guru senior di sekolahku(SMADA) tapi sayangnya system pembelajarannya kalah sama guru-guru yang masih muda seperti bu eva atau pun pak risky(guru-guru favorit). Tiap minggu buku catatan di periksa dan yang nulisnya lengkap akan mendapatkan nilai tugas harian yang pasti lebih tinggi daripada anak yang nulisnya cuma sebagian. “Bapak, sekarang bukan waktunya SD lagi yang harus belajar menulis” itu keluhanku dulu. Tapi, terlepas dari semua kejadian-kejadian itu matematika akan tetap jadi pelajaran yang paling menyenangkan buatku.
Terima kasih untuk guru matematikaku Bu Yuli dan Pak Mul (Guru SMP). Bu eva, Pak Agus, Pak Risky, Pak Suratman dan Pak Marwan (Guru SMA).
0 komentar:
Posting Komentar